Mojokerto,Kertonews.com- Sungguh miris keberadaan proyek wisata Desa Mlaten di Dusun Bedog, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, yang diperkirakan menelan anggaran 1 milliar kondisinya memeprihatinkan.
Padahal lokasi wisata desa yang dirintis sejak tahun 2019 – 2024 lalu dan diremikan secara langsung oleh Bupati Ikfina Fatmawati yang harusnya bisa memberi manfaat secara ekonomi terhadap warga sekitar, tapi kenyataannya malah muspro.
Boro-boro mendatangkan income desa, dengan terbengkelainya lokasi wisata pedesaan ini jelas jelas merugikan keuangan negara. Dan ini mengindikasikan kalau proses pengerjaan proyek yang mengunakan dana APBD Desa tersebut tanpa adanya perencanaan yang matang dan dinilai asal-asalan.
Kini destinasi wisata yang telah diresmikan pada era Bupati Ikfina Fatmawati itu tampak mengenaskan. Dimana,keberadaan kolam renang di atas lahan seluas kurang lebih 1 hektar itu dibiarkan penuh lumpur dan mengeluarkan bau busuk yang menyengat.
Sementara bangunan pujasera yang disiapkan sebagai pendukung UMKM juga tak kalah mengenaskan. Selain sangat kotor, sekeliling bangunan beratap genting plat aluminium itu ditumbuhi tanaman liar yang menutup pintu masuk tempat itu.
Termasuk bangunan panggung kesenian senilai Rp 300 juta yang bersumber dari Pokir salah satu anggota DPRD Kabupaten Mojokerto, juga tak kalah memprihatinkan. Bangunan setengah jadi itu tak bermanfaat sama sekali.
Alih-alih memberikan masukan bagi pendapatan desa, kini malah merugikan penduduk desa. Harisnya tanah Kas Desa (TKD) yang seharusnya berguna sebagai suksesi kemakmuran rakyat dan mendongkrak ketahanan pangan malah tak bisa dimanfaatkan sama sekali.
Ironisnya, pihak pemerintahan Desa ( Pemdes) malah tak bisa memastikan apakah program wisata desa ini akan berlanjut. Dengan dalih keterbatasan anggaran dan penolakan warga.
Di lokasi wisata, yang terpencil ini tampak tak terurus.
Tak hanya sepi, lokasi ini juga kelihatan angker. Saat sejumlah jurnalis meninjau langsung ke lokasi ,hanya tampak beberapa pemuda membawa kail untuk alat memancing di sungai samping panggung.
Yang tampak paling parah adalah kondisi kolam renang. Tidak hanya dipenuhi lumpur dan paralon paralon bekas lengkap dengan bau busuk menyengat, fasilitas kolam renang banyak yang rusak.
Seperti jebolnya pintu toilet akibat vandalisme hingga kerusakan bangunan loker penitipan barang.
Tenda loker ini diduga sejak lama rusak akibat terkena efek panas dan hujan. Tapi juga lokernya yang terbuat dari triplek mengalami nasib tak kalah memilukan.
Sementara di sekeliling kolam juga ditumbuhi tanaman liar yang kelihatan tak terurus.
Lucunya saat dikonfirmasi atas kondisi ini, Kades Mlaten, Dwi Siswarini malah menampik kalau program wisata desanya tersebut mangkrak.
“Tidak mangkrak itu mas. Ini karena masyarakat ada pro kontra. Untuk sementara biar tenang dulu, nanti ke depan kita pikirkan kelanjutannya seperti apa, ” bantahnya saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (22/10/2025).
Ia pun berkilah ke depannya akan di tata lagi seiring dengan pengurusan Bumdes baru. “Untuk panggung, anggaran sebesar itu kan tidak bisa selesai, kita rencanakan ke depannya seperti apa. Kita bertahap sejak 2019, akan saya lihatkan. Kalau global tidak bisa, ” Imbuhnya.
Menurutnya, proyek ini sudah diresmikan bupati. “Itu bukan mangkrak, itu berdasar anggaran. Itu ada di RPJM saya, berhubung ada pro kontra masyarakat dan mereka tidak bisa menerima karena TKD, ” katanya berbelit belit.
Ia menargetkan 6 tahun selesai. “Sudah dimanfaatkan, seminggu sampai Rp 1 juta (pemasukan), ” Katanya meski enggan mengungkapkan berapa lama program wisata desa ini beroperasi.
Konyolnya lagi ditengah tengah wawancara dengan wartawan, Kades perempuan ini malah ‘ngelonyor’ pergi saat ditanya perihal proyeknya tersebut. Dan menyerahkan jawaban pada Achmad, Kasi Kesra yang adalah mantan Kasi
Penulis : Diak
Editor : Kayla
